Star Clippers Kapal Layar Tinggi Pertama Yang Berlabuh di Indonesia

0
star clipper

 

Perjalanan kapal pesiar Star Clippers di Indonesia menjadi nilai yang bersejarah bagi sektor pariwisata tanah air. Karena Kapal yang berlayar dari thailand itu merupakan kapal pesiar yang memiliki layar tinggi (Tall Ships). Kedatangannya ke Indonesia menjadikan Star Clippers sebagai kapal layar tiang tinggi yang pertama bersandar di pelabuhan Indonesia.Pada Kamis, 11 Mei 2017, Star Clippers berlabuh  di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kementerian Pariwisata Indroyono Soesilo mengatakan saat bersandar, kapal layar yang berangkat dari Thailand itu membawa 130 wisatawan mancanegara (wisman). Indroyono mengungkapkan, tahun ini Star Clippers akan melakukan perjalanan wisata di Indonesia selama 16 hari. Mereka akan melakukan sebanyak 20 paket perjalanan dengan lama pelayaran rata-rata tujuh hari dan menjadikan Bali sebagai pemberhentian.

“Kalau untuk kapal cruise biasa sudah sering. Untuk jenis kapal tiang tinggi, ini yang pertama kalinya. Selain Jakarta, mereka akan berada di Indonesia selama 16 hari. Semua penumpangnya berbelanja dan berwisata,” ujar Indroyono didampingi Ketua Bidang II Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Marsetio melalui siaran persnya.

Dari 20 paket perjalanan, salah satu tempat yang menjadi tempat persinggahan Star Clippers adalah Pantai Parai Tenggiri pada hari Senin, 8 Mei 2017. Meskipun hanya singgah namun para wisatawan dari berbagai negara yang ada di Kapal ini, tidak akan melupakan dengan pelayanan yang diberikan manajemen  Parai Beach Resort and Spa. Mereka mendapat pelayanan yang ramah dan meriah dari pihak manajemen Parai Beach Resort and Spa. Para wisman ini menikmati fasilitas  yang diberikan pihak manajemen, `seperti berenang di Pantai Parai Tenggiri, berjemur, pijak refleksi dan coffe break. Dari Parai, Star Clippers melanjutkan perjalanannya ke beberapa daerah termasuk Jakarta dan berakhir di Bali.

Ketua Bidang II Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Marsetio mengatakan perusahaan yang membuat kapal Star Clippers ini memliliki dua kapal lagi yakni Royal Clippers dan Star Flyers. Ketia kapal ini merupakan kapal yang memiliki layar tinggi.

Ketiga kapal tersebut sudah diproyeksikan untuk mendatangi Indonesia secara rutin. Informasi yang begitu menggembirakan karena kedatangan kapa berlayar tinggi  akan menambah angka kunjungan wisman  ke Indonesia.

“Bila mereka melakukan 20 kali perjalanan selama setahun dengan tiga kapal, dikalikan 130 wisman (wisatawan mancanegara), berarti ada 7800 wisman per tahun. Biaya yang mereka keluarkan selama di Indonesia itu antara 1200 dolar Amerika Serikat sampai 1300 dolar AS,” terang Marsetio.

Marsetio mengatakan rencananya apabila pada tahun ini pelayaran wisata kapal pesiar ini berjalan dengan sukses, maka pada tahun 2018 akan ditingkatkan jumlah kunjungannya. Tidak menutup kemungkinan kapal lain, seperti Royal Clippers, yang lebih besar akan datang ke Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, anggota Tim Percepatan Pariwisata Bahari Aji Sularso mengungkapkan, sejauh ini faktor-faktor yang selalu menjadi perhatian dan pertimbangan adalah masalah prosedur CIQP (Custom, Immigration, Quarantine, Port Clearance) atau bea cukai, imigrasi, karantina, dan izin di pelabuhan.

Selain itu menurut Aji, biaya ground handling, baik resmi maupun tidak resmi di Indonesia terlalu tinggi dan lebih mahal daripada negara tetangga. “Kami terus mengupayakan hal ini berkoordinasi dengan instansi lainnya agar dipermudah,” kata Aji.

Aji menambahkan, yang menjadi sasaran utama kapal layar tinggi saat ini masih Bali. Ini dikarenakan akses penerbangan internasional dengan kemudahan pemindahan penumpang dari pesawat ke kapal sejauh ini masih Bali yang menjadi favorit. Selain itu di Bali juga belum ada insentif fiskal bagi lalu lintas barang logistik untuk kapal.

Sementara wilayah lain masih banyak kendala, di Benoa misalnya alur masuk ke pelabuhan relatif sulit dan dangkal. Di beberapa wilayah lain peta lokasi wisata laut masih menjadi tantangan.

Namun Kapten Kapal Star Clippers, Brunon mengungkapkan, banyak pelanggan perusahaannya yang menginginkan Indonesia sebagai hub wisata. Hal ini menurutnya, karena Indonesia tidak kalah indah dengan Thailand.

“Banyak sekali yang bertanya kenapa tidak dipusatkan di Indonesia saja. Bagi customer kami, keindahan Indonesia baik itu alamnya, budayanya, dan makanannya sangat eksotis. Tidak kalah dengan negara lain di ASEAN,” ujar Brunon.

Star Clippers sebelumnya mengoperasikan kapalnya selama beberapa tahun di Thailand untuk menjelajah destinasi wisata bahari di ASEAN. Namun, atas permintaan banyak pelanggannya, pada tahun ini mereka memutuskan untuk beralih ke Indonesia.

Bila uji coba ini lancar dan tidak ada regulasi yang memberatkan, Brunon yakin Indonesia akan menjadi pusat pengoperasian baru untuk kapal-kapal perusahaan tersebut di wiayah ASEAN. “Saat ini yang sangat berpotensi masih Bali. Tapi kami sudah mendengar bahwa pembangunan-pembangunan marina (pelabuhan khusus kapal pesiar) di Indonesia sudah digencarkan,” kata Brunon.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik. Keberadaan kapal layar tiang tinggi menurutnya penting bagi pariwisata Indonesia. Selain mendatangkan wisman, hadirnya kapal layar tinggi juga berarti adanya pemasukan yang sangat besar. Apalagi menurutnya mengingat dua pertiga wilayah Indonesia merupakan perairan, ini sangat ideal bagi wisata kapal pesiar dan kapal layar.

Posisi Indonesia menurut Arief juga sangat strategis. Letaknya berada di tengah Asia dan Australia yang merupakan growing market wisata kapal pesiar dan kapal layar terbesar saat ini. “Indonesia juga merupakan negara yang bisa dikunjungi kapal pesiar dan kapal layar sepanjang musim, kita siap didatangi setiap saat,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *