Destination

Upaya KLHK Dalam Penyelamatan Harimau Sumatera di Tengah Pandemi Corona

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), berkolaborasi dengan para pihak terus berusaha melakukan upaya konservasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) khususnya penyelamatan Harimau Sumatera di tengah tantangan pandemi Covid-19.

Tingginya konflik manusia dengan Harimau Sumatera dan ancaman perburuan satwa liar menggunakan jerat mengancam keselamatan dan kelestarian Harimau Sumatera yang populasi alamnya diyakini tidak lebih dari 600 ekor berdasarkan data Population Viability Analysis (PVA).

Setelah mendapat laporan ada Harimau Sumatera yang terjerat kaki kanan depannya dari manajemen PT. RAPP, BBKSDA Riau segera merespon dengan menurunkan tim untuk melakukan upaya penyelamatan (rescue) dan setelah menempuh perjalanan yang tidak mudah ditambah berbagai keterbatasan selama pandemi Covid-19 ini, tim berhasil menyelamatkan Harimau Sumatera betina dengan umur berkisar 3-5 tahun yang diberi nama Corina.

Setelah Melakukan koordinasi dengan BKSDA Sumatera Barat, Corina dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Sumatera Barat. Setelah menempuh perjalanan selama 19 jam, Corina sampai di PRHSD untuk mendapatkan perawatan yang intensif karena menderita luka jerat yang sangat serius. Luka jerat tidak selalu bisa disembuhkan dan tak jarang si Harimau harus cacat diamputasi kakinya karena luka yang parah dan sangat sulit disembuhkan.

“Jerat yang dipasang pemburu berdampak sangat serius bagi kehidupan satwa liar yang dilindungi undang-undang, termasuk Harimau Sumatera yang sering menjadi korban karena satwa tidak mengenal apakah jerat yang bertebaran dilantai hutan tersebut berbahaya sehingga patut dihindari atau dilewati,” ujar Kepala Balai Besar KSDA Riau Suharyono.

Kondisi terkini Harimau Sumatera Corina berdasarkan laporan dari tim Medis PRHSD, Drh. Saruedi Simamora, secara umum cukup bagus kondisinya dan nafsu makannya. Corina juga cukup aktif di dalam kandang rawat dan sering terpantau berendam di dalam bak air yang disiapkan. Progres kesembuhan luka jerat cukup bagus dengan memberikan perawatan dan pengobatan yang intensif, serta disiapkan lampu penghangat dekat tempat tidur Corina dan penutup kandang untuk mengurangi cuaca dingin di areal PRHSD. Corina masih memiliki naluri alami yang ditunjukkan dengan seringnya Corina menjilati lukanya untuk dibersihkan.

“Kondisi Luka Corina memang sangat parah karena seling jerat pemburu yang diperkirakan terjerat 2-3 hari sebelumnya sampai menempel ke bagian tulang kakinya, semua otot sudah rusak tetapi masih beruntung tendonnya masih baik sehingga masih ada peluang untuk sembuh dengan catatan proses penyembuhannya baik dan tidak terjadi infeksi sekunder. Selanjutnya kita berharap luka Corina bisa sembuh dan setelah melewati masa rehabilitasi serta habituasi bisa dilepasliarkan Kembali ke habitat alamnya,” kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Indra Exploitasia.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button